Selasa, 03 November 2009

Asa II

"Kak...."
"Alah, ga usah manggil aku kayak gitu,,panggil aja Gi" kata si Ogi sok akrab. Hmmmm...syukur deh sebenarnya aku juga males manggil dia dengan sebutan Kak, bikin muak aja.
"mmm...menurut kamu Gi, nasib seorang manusia itu ditentukan oleh siapa?
oleh kita sendiri atau segala sesuatunya dari proses sampai hasilnya sudah diatur oleh Yang maha Kuasa?"
"Sebuah pertanyaan yang ga simpel jawabannya" si Ogi menanggapi. Kemudian dia meneruskan penjelasannya,
"ada perbedaan pendapat tentang masalah nasib manusia, tepatnya masalah takdir,"
"Trus?" aku makin penasaran dengan jawabannya, bukankah perkataan seseorang itu mewakili dirinya sendiri?!
" Ada faham yang mengatakan kalau nasib kita di dunia maupun di akhirat sudah tertulis dalam lauhul mahfudz, tapi bagi sebagian orang malah menjadikan faham ini sebagai alasan dari kemalasan mereka.
"Contohnya?" jujur saja aku belum begitu mengerti,
"Contohnya suka ada orang yang mengatakan.."Ah mungkin sudah nasibku seperti ini," padahal mungkin saja mereka belum berusaha secara maksimal. Dari perkataan mereka sepertinya mereka pasrah pada tantangan hidup."
"Dan faham yang kedua adalah orang-orang yang mempercayai bahwa takdir Allah adalah segala sesuatu yang telah mereka usahakan,"
"Kalau ga salah ada salah satu petikan ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa Allah akan memberikan cobaan pada hambaNya sesuai dengan kemampuannya masing-masing," Bukankah dari ayat tersebut tersirat makna yang mengharuskan manusia untuk berusaha?" Seingatku sih penjelasan tentang takdir dan nasib manusia kurang lebih seperti itu,,
"Oh...aku manggut-manggut
"simpelnya, menurut aku sih nasib itu adalah sesuatu yang telah diusahakan."
"mmm...ternyata ga nyangka ya, orang seperti si Ogi ini punya pengetahuan tentang agama juga,,
makannya aku ga boleh menilai orang dari penampilannya.
"So, aku kuliah disini udah takdir aku juga?" tanyaku pada orang didepanku yang sedang asyik menyeruput es tehnya.
"Tergantung....." jawabnya cuek.
"Tergantung apa?"
"Tergantung pisang di warung....."
"Hahahahaha...."si Ogi tertawa dengan puasnya, aku jengkel dibuatnya.
"Sory, sory just kidding,"
"Aku diam saja, mungkin bibirku manyun 5 cm kali ya?! Ah..nggak..nggak terlalu berlebihan,,bukan manyun tapi cemberut, nah..itu lebih pas.
"Ya...tergantung, apa sebelumnya kamu udah berusaha secara maksimal atau nggak?! Jawabannya hanya kamu yang tau."
"Ia juga ya,
"Tenang aja kali fa, ga usah putus asa gitu,,Sekalipun berada di dalam lumpur, kalau berlian atau emas permata pasti tetap terlihat." si Ogi memberi semangat, niat usil ku muncul.
"Ia ya, aku permatanya kamu lumpurnya!!!" ejekku dengan puas.
"Hahahahaha...." Akhirnya aku bisa tertawa lagi setelah sekian lama awan mendung menggelayuti.

Sore itu menjadi awal kebangkitan semangat hidupku lagi,,ya...ga lepas dari peran si Ogi juga,,tiba-tiba dia hadir dalam hidupku dan memberiku support. Dan kini mentari hidupku bersinar lagi!
Bagaimanapun keadaannya aku ga boleh nyerah, aku harus jadi yang terbaik, terbaik dalam belajar, terbaik dalam memanfaatkan waktu, dan mempersembahkan yang terbaik bagi keluargaku.
Gi, whatever, thanx for your support! Batinku dalam hati.

***
Dengan menaiki si revo yang bannya agak-agak gundul itu, aku sampai di rumah. Ketika waktu makan malam tiba aku keluar kamar.
"Ayah mana Mah?" tanyaku pada Ibuku yang kudapati sendirian saja di dapur, biasanya jam segini Ayah sudah hadir diantara kami.
"Katanya sih ada meeting sama kliennya,"
"Jadi kita ga usah nunggu Ayah pulang," jawab Ibuku enteng.
Dan kamipun menikmati makan malam tanpa Ayah.

***

Di kamar,Jam 09.30
Kucoba etuk menghubungi Ayah, mungkin acara bersama kliennya sudah selesai.
"Assalamualaikum yah..."
"Waalaikum salam nak,,"
"Yah gimana meetingnya? Lancar?" tanyaku sok perhatian.
"La..lancar nak!"
"Sudah dulu yah, klien ayah mau pamit pulang"
"Oh,,ya sudah yah!"
"Hati-hati yah!"
klik sambungan telepon pun ditutup. Aneh, suara Ayah terdengar gugup. Tidak seperti biasa, ah...mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa, batinku dalam hati.
Aku menepis prasangka burukku, tak pantaslah seorang anak mencurigai Ayahnya sendiri melakukan hal yang tidak-tidak. Anak macam apa aku ini?!

Hoooooaaaaammmnnn!!!
Aku pun merebahkan badanku diatas kasur. Hari ini setidaknya lebih cerah dari hari-hari kelabu yang telah kulalui, Ada mentari yang tiba-tiba muncul menyinari. Memberi kehangatan dalam kebekuan hidupku. Semangat! Semangat! Semangat!
Hemmm..aku senyam-senyum sendiri saat mengingat hari tadi, rambut si Ogi yang mengingatkanku pada si Ono, eh Christian Sugiono,
aku baru sdar ternyata si Ogi ga jelek juga, bahkan lebih dari itu, si Ogi tuh cakep!!

Duuh..apa-apaan sih Alfa!! Aku berusaha menyadarkan diri,
Si Ogi tuh bukan orang sembarangan di kampus, aktivis dengan paras yang rupawan pasti banyak cewek yang kesemsem sama dia,,mikir dong fa! Jangan sampai kamu naruh hati sama dia, nanti malah sakit hati.
***
Pulang dari kampus aku memutuskan untuk mampir dulu ke super market, sepertinya keperluan sehari-hari udah habis. Sebelum naik ke lantai 2, ada yang menarik perhatianku,
aih lucunya kerudung itu!sepertinya aku tambah cantik kalau pake kerudung itu,,,aduh...penyakit narsisku keluar lagi. Sadar karena aku ga bakalan bisa beli kerudung itu dalam waktu dekat, aku memutuskan untuk naik ke lantai 2. Kunaiki eskalator,,ketika aku menoleh ke sebelah kanan, dari sudut mataku aku melihat satu sosok yang sepertinya sangat aku kenal. Sosok itu berlawanan arah denganku, dia hendak turun ke lt 1, kulihat lebih jelas sosok itu, ya! Pria tinggi besar, memakai jas hitam, dan celana hitam, tak salah lagi kalau dia adalah Ayah! Tapi siapa wanita yang ia gandeng? Bukan istrinya,Ibuku. Tapi wanita lain. Kalau wanita itu adalah klien yang seperti semalam Ayah katakan, apakah pantas Ayah merangkul bahu wanita itu?! Pasti hubungan mereka lebih dari sekedar rekan bisnis belaka.
Kakiku terasa lemas, tak kuatlagi berjalan, apalagi mengejar Ayah untuk sekedar minta penjelasan. Penjelasan apa? toh semuanya sudah jelas, bahwa didepan mata kepalaku sendiri Ayah telah mengkhianati Ibu.
Bruuukkkk! Aku terjengkang kebelakang, ketika eskalator sampai di lantai 2. Beberapa orang membantuku berdiri.
"Hati-hati dong Mbak! " seorang ibu perhatian padaku.
"Naik eskalator kok mundur?!"
aku tersenyum kecut mendengar ucapan orang itu. Karena kamu ga tau beban apa yang barusan telah menimpaku! timpalku dalam hati.
***

Kenyataan ini begitu memilukan! Aku sudah tak ingat apa-apa lagi, yang kuinginkan saat itu adalah aku ingin sendiri, di sebuah tempat dan menumpahkan semua keluh kesahku.Untungnya aku masih bisa mengendalikan motorku.
Akhirnya aku sampai di sebuah mesjid,dan aku memutuskan untuk pergi ke wc, tempat yang paling aman untuk menangis. Tak kuat menahan air mata, akhiornya aku menangis di depan wastafel, entah berapa lama aku menghabiskan waktuku disana.
Saat terdengar adzan magrib, tangisku pun mulai reda, dan sedikit terasa ringan. Kubasuh mukaku dengan dinginnya air wudhu, semoga saja masalah-masalahku dapat terurai bersama aliran air wudhu.
Setelah menunaikan shalat maghrib aku memutuskan untuk tilawah beberapa lembar, terkadang diselingi isak tangis, semoga saja hatiku terasa lebih tenang dan juga menunggu waktu isya tiba.
Sebelumnya kukirim sms pada ibuku agar ia tidak khawatir, kusampaikan padanya kalau aku ada uruan kampus yang harus diselesaikan. Setelah shalat isya, dan ajaibnya batinku pun mulai terasa tenang,aku memutuskan untuk pulang. Aku beranjak ke parker area, dan mulai menstater si revo. Anehnya berkali-kali ku stater, si revo tak mau hidup juga. Ku coba menyelahnya, sama saja hasilnya nihil. Duh…revo kenapa sih? Disaat yang tidak tepat kamu malah mogok! Gerutuku dalam hati. Kucek pengukur nensin, ternyata bensinnya masih ada kok! Lalu dimana yang salah?Sayangnya aku byukan seseorang yang ahli dalam permesinan, baru bisa memakainya saja.
Disaat seperti ini, siapa yang harus kumintai bantuan? Ibu? Ah…ga mungkin banget, soalnya Ibu sama butanya seperti aku terhadap urusan permesinan. Ayah? Setelah kulihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang ia lakukan, tidak! Teman dekat? Aduh…aku ga begitu dekat dengan teman-teman di kampusku, baru kurasakan kalau akhir-akhir ini aku terlalu introvert. Pilihan terakhir….Ogi?! Kenapa harus Ogi?! Karena dialah orang yang akhir-akhir ni dekat denganku, dan kalau tidak salah dia tinggal di sekitar sini. Malu sih sebenarnya, takut ngerepotin, nanti dia salah sangka kalau aku punya feel sama dia, tapi…mau gimana lagi? Masa harus pulang sambil dorong si revo? Si revo kan lumayan berat tuh! Ga lucu banget tuh!
Akhirnya, setelah menimbang-nimbang beberapa saat, kuberanikan diri tuk menelepon si Ogi .
“Assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
“gi sory ganggu,” Aku memulai pembicaraan
“Ya ga papa,” suaranya terdengar berat, apa dia udah tidur ya?!
“Ada apa al?” tanyanya lagi
“Motorku mogok gi, aku gat au di bagian mana yang salah, so bisa minta bantuannya ga?” tanyaku penuh harap.
“Kamu ada di daerah mana Al?” tanyanya kemudian.
Klik, sambungan telepon pun terputus, sial hpku low batt. Duh..masa harus dorong si revo sih? Tapi sebelumnya, aku ga putus asa untuk melakukan usaha terakhir, menyelahnya, dan menstaternya. Tapi hasilnya tetap sama, si revo tak mau hidup. Akhirnya kudorong si revo, kukerahkan semua tenagaku, bismillahirrahmanirrahim…
Setelah sampai di pinggir jalan, dan menyebrang aku pun terus mendorong si revo. Keringat ku mulai bermunculan, duh..kayaknya keadaanku kacau banget ya, mata sembab, bau keringat seharian karena ga sempat mandi, ya Allah help me!!
Ajaibnya, di prempatan jalan doaku terkabul. Seseorang menaiki motor gede menghampiriku, dan ketika dia membuka helmnya, ga salah lagi dia si ogi!! Ya Allah thanks for your help!!
Si ogipun langsung menghampiri motorku, lalu entah bagian mesin yang mana yang dia otak-atik, sepertinya dia memang sudah persiapan membawa berbagai peralatan bengkel. Aku pun hanya mengamati si ogi sambil duduk di trotoar jalan. Beberapa menitpun berlalu, akhirnya si revo bisa hidup kembali.
“Gi makasih banyak ya, sory dah ganggu istirahat kamu!” Kataku.
“sama-sama Al, biasa aja kali ga usah sungkan!” jawabnya enteng.
“Mata kamu kenapa Al?” sifat penasaran si Ogi muncul lagi.
“mmm…itu kena debu,” jawabku mencoba berbohong.
“Kena debu? Bukannya kamu pake helm full face?” elaknya sambil menunjuk helmku yang emang fullface. Bingo! Aku ga bisa bohong.
“Kayak yang udah nangis deh!” sifat sok tahunya mulai lagi.
“Ya udah, kalau sekarang ga mau cerita, ntar kalau kamu udah mood berbagi, tinggal ngomong aja, key!!”
“ia..Gi,,,sekali lagi makasih banget ya, aku ga tau kalau ga da kamu mungkin aku baru nyampe rumah tengah malam!”
“Siip…”
Akhirnya aku bisa pulang juga dengan menaiki si revo. Kayaknya akumemang harus belajar sedikit tentang mesin deh, ya minimal kalau mogok aku ga kebingungan. Tapi belajar sama siapa? Ogi? Duuuh…Ogi lagi..ogi lagi…
Sesampainya di rumah, aku menyimpan si revo di garasi. Kulihat mobil avanza ayah sudah bertengger manis, berarti Ayah sudah datang. Aku memutuskan untuk langsung masuk kamar, namun ketika melewati ruang makan, kulihat Ayah dan Ibu sedang makan malam bersama, aneh…tadinya kukira bakal terjadi perang dunia ke tiga di rumah ini, nyatanya tidak. Berarti aku lah orang pertama yang mengetahui sepak terjang ayah, dasar laki-laki bermuka dua! Berani-beraninya mengkhianati Ibu!
“Al, sini makan bareng sama Ayah sama Ibu!” ajak ibu dengan nada penuh kasih saying. Sayangnya kali ini ajakan ibu berbuah penolakan.
“Kayaknya gadeh bu, tadi alfa udah makan diluar,” jawabku berbohong. Aku tahu sikapku ini salah, tidak sopan dan tidak seharusnya seorang anak bersikap seperti itu. Tapi kalau kasusnya seperti ini, tentu beda lagi urusannya.

Aku melepas kerudungku yang terasa lengket oleh keringat, setelah badanku terasa dingin, aku memutuskan untuk mandi. Setelah selesai aku mengenakan baju favoritku, yaitu baju tidur yang ukurannya kebesaran, karena memang baju ini dibelikan oleh paman yang ada di luar kota. Tapi baju ini malah memberikan kenyamanan bagi si pemakainya.
“Brukkk!” Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur, kubiarkan rambut panjangku yang masih basah tergerai. Kuamati langit-langit kamar, tapi beberapa saat kemudian langit-langit kamar berubah menjadi slide-slide kejadian tadi sore di mall.
“shit!!” kubanting guling yang ada di sampingku, dan guling itu mengenai meja rias, dan berhasil menyenggol gelas cantik berwarna biru.
“Prayy!” gelas kenang-kenangan dari seseorang di masa lalu itu pecah. Aku menyesaliperbuatanbodohku yang satu ini. Kenapa gelas itu yang harus jatuh dan pecah?!”
Tanpa berminat membereskan pecahan gelas itu aku membenamkan kepalaku ke dalam bantal, dan menumpahkan tangisku sejadi-jadinya. Mungkin dengan menangis rasa kesalku bisa sedikit berkurang.
***
Pagi harinya aku terbangun, dan setelah shalat shubuh aku teringat pada ogi, aku ingin bercerita padanya. Tak usah memberikan solusi, mendengarkan saja sudah cukup. Kukirim sms padanya,

Aslmkm, gi pgn crht niy, nanti siang ada wktu ga?

Selang beberapa menit, Ogi Membalas,

Ok, bisa. Jam brp? Dmn?
Aku pun membalas

Di Kedai buku, jam 10, thanx bfore :D

Siip..

Jam 10.00 am, aku sudah tiba di kedai buku. Sepertinya Ogi belum datang, akhirnya aku melihat-lihat koleksi buku yang ada di sana. Ku ambil satu buah novel karya penulis best seller dunia, Dan Brown. Judul buku itu “Angel and Demon.” Sepertinya buku ini bagus tuk di baca. Baru sampai halaman kedua, Ogi sudah ada di depanku. Aku ga sadar sejak kapan ia ada disana.
“Assalamualaikum al,” sapanya sambil duduk dihadapanku.
“Waalaikum slaam gi, jawabku.
Gimana dah baikan?” tanyanya sok perhatian, atau memang perhatiannya tulus.
“Lumayan….” Jawabku tak bersemangat,
Pramusaji pun datang, dan menawarkan menu yang ada hari ini,
“Saya jus alpukatnya mbak!” Ogi memesan.
“Saya capucino satu mbak!” kemudian pramusaji pun berlalu dari hadapan kami.
“Eh, bener kamu ga ada jadwal?” tanyaku memastikan.
“Bener lah al, ngapain aku bohong.” Jawabnya jujur.
“Kan kamu aktifis, biasanya kan sibuk! Aku beraergumen.
“masa sibuk terus, kali-kali refreshing boleh dong?” jawabnya.
Minuman kami pun datang.
“Cerita dong kamu kenapa semalam?” pinta si Ogi sambil menyeruput juus alpukatnya.
“Mmm…bingung mulainya darimana Gi,”
“ya..terserah deh mau mulai dari awal, dari tengah, dari akhir, aku siap dengerin kok!”
Duh,,,nih orang baik banget sih, batinku dalam hati.
“Gini…waktu kemarin aku pergi ke mall, aku liat dengan mata kepalaku sendiri, Ayahku jalan sama wanita lain,”
“Wanita lain?” ekspresi si ogi seperti yang kaget.
“mungkin aja relasinya kali Al?” ogi berusaha tuk berprasangka baik.
“Relasi kok bahunynya di rangkul gitu sih?” sanggahku dengan nada kesal.
tnang dulu al,”
“Kamu yakin orang itu ayah kamu?”
“Yakin 100%!” jawabku sungguh-sungguh,
“Aku ga mungkin salah liat Gi!”
“tu memang Ayah aku!”
“Ibu kamu tahu masalah ini?” Tanya si ogi
“Sepertinya belum,” hipotesisku, “soalnya semalam Ayah sama Ibu Al liat adem ayem aja tuh,"
“Ya udah, menurut aku, sekarang ini kamu cari kebenarannya dulu, jangan sampai ibu kamu tahu masalah ini. Mungkin saja ini kelakuan ayah kamu yang pertama dan terakhir,” paparsi Ogi.
“ya…mudah-mudahan saja,” jawabku pasrah.
“Kamu harus punya bukti, jadi suatu saat kesaksian kamu bisa dipercaya.” Tambahnya lagi.
“Ia juga ya, bukti, dan mungkin aku butuh waktu buat mengungkap kebenaran ini.” Jawabku.
“ya Al, yang sabar ya, mudah-mudahan kamu kuat jalani cobaan ini!” kata si ogi penuh simpati.
“Ya gi, semoga saja.”
“Gi, thanks ya udah mau dengerin aku, padahal aku tahu kamu pasti sibuk.
“Sama-sama Al, biasa aja kali, aku juga kan manusia biasa. Terkadang jadi pendengar, terkadang butuh di dengar.”
Si ogi pun yang kesekian kalinya menyeruputjus alpukatnya, aku pun jadi ingat capucinoku yang sedari tadi belum kusentuh sedikitpun.
“bay the way, kok bisa ya aku jadi deket sama kamu gi?”
“Mang kenapa sih Al, ga boleh ya aku temenan sama kamu?”Ogi balik nanya.
“bukannya ga boleh, tapi aku ngerasa aneh aja gitu,kmu kan orang yang yah,,bisa dibilang popular di kampus, secara kamu kan ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF), temenan sama aku yang cenderung ga mau dikenal.” Paparku panjang lebar.
“Ya bisa dong Al, di dunia ini apa sih yang ga mungkin?”
“tentunya dengan seijin Allah,”
“Sekarang aku Tanya sama kamu, apa ada aturan yang melarang aku temenan sama kamu, atau yang lain?”
Tanpa memberiku kesempatan tuk menjawab, dia sudah nyerobot duluan,
“Ga ada kan?””Silaturahmi tuh ya sama siapa ja, asalkan tidak merugikan.”
“bener ga?”
“Ya..ya..ya..kamu bener kok gi!” jawabku sambil menyunggingkan senyum.
Kemudian terdengar suara hpsi Ogi memekik,
“Sory Al, terima tlp dlu ya,”
“Monggo-monggo,,nyantai aja gi!” jawabku enteng.
Kemudian setelah selesai mengangkat teleponnya, dia duduk kembali. Namun aku bisa menangkap gerak-geriknya yang terlihat buru-buru.Aku pun memutuskan untuk mengakhiri pertemuan ini (cieeee…bahasanya pertemuan, masa kencan?)
“Da apa gi, rapat ya?”Aku asal nebak aja, yang pasti ada acara mendadak semacam itu.
“Ya…gitu deh”
“Sory ya Al, ga papa nih?” tanyanya memastikan.
“ya udah aku pulang aja ya, makasih banget ya gi, buat hari ni!”
“sama-sama Al”
“Oh, tunggu bentar!”cegah si Ogi. Kemudian dia beranjak ke rak yang berisi deretan buku-buku. Sepertinya sedang mencari sebuah buku. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, kemudian menuju meja peminjaman. Beberapa detik ia sudah ada di depanku.
“Nih bukunya bagus buat kamu!”
“Apa nih? “Jangan Jadi Wanita Cengeng?”aku membaca judul buku itu.
“Memangnya aku cengeng ya?” tanyaku retoris.
“Udah, baca aja dulu bukunya, nanti kamu tahu sendiri.”
“Oke deh!” aku pun yang kesekian kalinya menyunggingkan senyum.
Kami pun beranjak ke meja kasir. Sayangnya aku kalah cepat sama si Ogi.
“Dari aku aja Al!” kata si ogi dengan gayanya yang sok cool.
“Ah kamu, bikin enak aja!” candaku.
“boleh, tapi ada syaratnya!”
“Apa tuh?”
“lain kali aku yang traktir ya!” pintaku.
“Siiiip…deh!”
Akhirnya kami pulang dengan menaiki motor masing-masing, aku menaiki si revo, dan Ogi menaiki motor gedenya.
***
Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar, berbaring tak karuan, tak ada kerjaan. Selain memang tak ada tugas kuliah, aku juga bingung harus ngapain. Setelah sekian lama menghabiskan waktuku dengan percuma, barulah muncul ide. Kuambil lap top ku yang ada di meja belajar. Kusambungkan kabel telepon dan adaptor. Kemudian kunyalakan, dan langsung log in di Yahoo Massenger, sekaligus log in di Facebook.
Kemudian di layer tampil nama-nama temanku, tapi semuanya padam, pertanda memang sedang offline, yang menyala hanya Kak Miftah, mmm…sedang apa ya dia? Musim apa nih di mesir?
Beberapa saat kemudian muncul tulisan:
Miftah_22: Assalamualaikum..
Alfa_emc2: Waalaikum salam, pa kbr niy?
Miftah_22: Alhmd baik, kbr dik n klrga gmn?
(Sebenarnya kabar keluargaku sedang tidak baik, tapi masa harus jujur sih?)
Alfa_emc2: baik jga kak, gmn d mesir? Lg musim apa?
Miftah_22: lagi musim dingin nih,,-8 drjt C
Alfa_emc2: Wah..dgin bgt tuh!!
Miftah_22: Ia nih, udah pake baju 4 lapis, pake jaket, pake surban, tapi tetep aja dingin!
Alfa_emc2: hahahaha..banyak banget tuh! Yang sabar aja ya!
Miftah_22: yam au gmn lg,
Alfa_emc2: ga kuliah kak?jam brp dsna?
Miftah_22: sabtu minggu libur dik, skrg jam 06.50. Skrg lg dmn?
Alfa_emc2: g d rmh, knp gtu?
Miftah_22:gmn kbr khnsa?
Duh…mulai deh ngomongin Khansa.
Alfa_emc2:duh al ga tau kak, sory. Soalnya lost contact.
Miftah_22:ow..ya udh ga papa
Alfa_emc2: Kak, al pamit dlu ya, assalamualaikum
Miftah_22: Wassalam, mangga wilujeng.

Aku memutuskan untuk tidak lama-lama chatting sama kak Miftah, soalnya nanti ujung-ujungnya pembicaraan akan berakhir pada sebuah nama yaitu khansa, dan itu yang membuatku bosan. Mengingatkanku pada masa lalu saja.
Untungnya kak miftah sudah memblokir Fb nya sendiri, karena menurutnya, keuntungan / royalty dari Fb sekian persen akan disumbangkan untuk membiayai perang yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Di TV memang tidak diberitakan bahwa Israel masih saja menyerang rakyat palestina, namun kenyataan di lapangan memang begitu.
Walaupun kak miftah memblokir fb nya, aku masih tetap dengan pendirianku untuk tidak memblokirnya. Bukannya aku mendukung agresi yang dilakukan Israel, namun karena belum adanya jejaring social serupa fb, yang diciptakan oleh umat muslim sendiri. Bahkan orang Indonesia, padahal kalau ada mungkin royaltinya akan disumbangkan untuk fakir miskin Indonesia. So far, selama aku menggunakannya dalam hal kebaikan, why not? Aku bisa bersilaturahmi (walau dlm dunia maya) dengan teman-teman SMP, teman-teman SMA, teman waktu di pondok dulu, dan masih banyak lagi teman-teman baru dari pelosok tanah air.
Nah sekarang aku bebas online di f b, karena kak Miftah memang tidak mengetahuinya.
Pertamakali, aku tulis apa yang aku fikirkan:
“Terkadang kenyataan hidup ini terasa begitu menyakitkan, tapi semoga saja ada hikmah dibalik semua ini. Yang kulakukan bukanlah mencela kegelapan, namun yang harus kulakukan adalah menyalakan lilin.”
Kemudian aku membagikan fikiranku. Selang lima menit, ada yang mengomentari, ternyata si Ogi.
Gi : Yup, bener bgt!!
Btw, dah mli dibca lim bkunya?
Alfa :hehehe…
Lom gi, tpi yg pasti mau dbca kok,
Gi : Ia donk! Hrs!!rekomendasi gi psti bagus,,:D
Alfa :ya…
Penykit narsisnya mli keluar tuh!!
Gi : ho..hoo…Al, tau ga?!
Ternyata fb itu diharamkan mnrut para ulama!
Alfa : kok bisa?
Gi : soalnya sekarang udh masuk waktu shalat dhuhur,
Shalat yuk!!
Kulirik jam di tanganku ternyata memang sudah memasuki waktu dzuhur. Kuberanjak dari kasur, dan mengambil air wudhu. Kucoba untuk lebih khusu dlm shalat dan setelah itu, aku bertilawah beberapa ayat. Selesai melipat mukena, aku mulai online lagi.

Gi : udah shalatnya?
Alfa : udah dong,,benr ya..klo dah shalat rasanya beda,,,gitu, sejuk,
Pokoke …damai nian hati ini,
Gi : Nah itu slh satu fadhilah shalat,
Alfa : udh rapatnya?
Gi : udh, alhmd
Alfa : Rapat apaan sih?
Gi : rapat pmbentukan panitia bwat penerimaan mhsswa baru, n orientasipsrta akademik,
Alfa :ow…
Gi, udh dlu ya, al mau baca dlu bkunya,,
Thanx 4 2 day!
Gi : Sama-sama, met baca!:D
Alfa : Assalamualaikum..
Gi : waalaikum salam
Aku pun langsung log out, kemudian menyalakan lagu-lagu dari lap top. Kemudian mulai membaca buku yang berjudul “jangan jadi wanita cengeng.”
-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar