Sabtu, 16 Mei 2009

Bedah Buku


Judul : Harus Bisa!

Seni Memimpin Ala SBY (Catatan Harian Dr.Dino Patti Djalal)

Penulis : Dr.Dino Patti Djalal

Tebal : 430 + cover



“Jarang saya baca mengenai ilmu kepemimpinan di Indonesia yang disajikan sedemikian menarik. Topik yang masih belum banyak digali oleh pemikir dan pemimpin muda kita. Maka kiranya perlu dibaca oleh semua pemimpin dan calon pemimpin Indonesia .” Begitulah komentar Ali Alatas,SH Menteri luar negeri Indonesia th 1988-1999 terhadap buku ini.

Ide untuk menulis buku ini datang ketika Dr.Dino membersihkan meja kerjanya dan menemukan sekumpulan nota-nota tulisan tangan SBY yang tersimpan di laci. Presiden SBY sering menulis nota-nota ini dalam rapat cabinet kepada Menteri dan stafnya, umumnya berupa intruksi, klarifikasi, atau meminta dicrarikan informasi.

Ketika membenahi nota-nota tersebut, beliau tersadar bahwa itu bukanlah arsip biasa, tetapi itu adalah sidik jari dari era politik penting yang kelak akan dipelajari di sekolah dan kampus.

Dalam menulis buku ini, penulis semakin terekspos terhadap satu tema dasar ‘kepemimpinan.’ Penulis semakin terbuka bahwa sebagian besar masalah nasional kita sangat berkaitan erat dengan factor kepemimpinan. Dengan kepemimpinan yang baik maka krisis akan teratasi, konflik dapat diselesaikan, dan Negara semakin maju. Sebaliknya dengan kepemimpinan yang buruk, korupsi semakin parah, ekonomi jadi terpuruk, dan reformasi akan mundur. Faktor kepemimpinan karenanya bisa menjadi kunci sukses atau kegagalan.

UUD 19945 telah menetapkan syarat minimal bagi calon presiden, yakni harus orang Indonesia sejak kelahirannya, dan mampu secara jasmani dan rohani menjalankan tugasnya.Dalam prakteknya, syarat-syarat konstitusional ini hanya akan meloloskan ke gerbang pintu. Dibalik pintu itu, seorang presiden Indonesia akan menemukan dirinya seorang dirimemimpin Negara berpenduduk ke 4 terbesar di dunia, dilanda arus transformasi yang deras dengan sejuta permasalahan yang sangat kompleks, dalam dunia dunia abad ke-21 yang semakin cepat berputar dan berubah.

Pada titik ini, seorang presiden Indonesia yang mumpuni harus memiliki segudang kreatifitas khusus yang tidak bisa dijaring khusus dengan Undang-Undang: handal menangani kebijakan, sigap dalam mengambil keputusan, judgment yang matang, intelektualitas yang tinggi, inovatif, berani mengambil risiko, adaptif, naluri yang tajam, kepedulian terhadap masalah, tangguh mental, mau introspeksi dan belajar dari kesalahan, mampu menentukan prioritas, gigih mencari solusi, mampu membaca perubahan zaman dan trend dunia, kemampuan untuk beradaptasi, akhlak yang baik, dan lain sebagainya.

Buku ini berisi kumpulan’leadership notes’ karena semua cerita serius atau ringan dalam buku ini ada kaitannya dengan ilmu kepemimpinan, dari krisis tsunami sampai piala Asia Cup, dari subsidi BBM sampai KTT OKI, dari perubahan iklim sampai parcel mangga.

Dalam penulisan buku ini, Dr.Dino sangat dibantu oleh beberapa hal. Pertama, Presiden SBY sangat mementingkan factor kepemimpinan dalam menjalankan tugas sehari-harinya, sehingga penulis tidak kekurangan bahan untuk studi kasusnya.

Kedua, Presiden gemar sekali bernicara dengan pembantunya mengenai kepemimpinan. Beliau sering mengkaji suatu masalah –apakah itu konflik Aceh atau anti korupsi – dari sisi ilmu kepemimpinan.

Ketiga, penulis mempunyai kesempatan yang unik untuk mengamati dari dalamdan luar. Setiap pemimpin mempunyai sisi dalam dan luar. Diluar ia bisa tampak tenang, walau di dalam ia konflik batin. Diluar ia bicara kemenangan, dalam hati berfikir risiko.. Sisi penampilan luar SBY sudah banyak disorot media. Yang belum banyak diketahui adalah apa yang terjadi di belakang layar, dan di dalam kantor presiden. Disinilah penulis mendapat berkah ‘the best seat in the class of history’ dapat menyaksikan presiden SBY dari samping dan belakang beliau, membaca raut muka, melihat tetesan keringat, mengikuti lika-liku proses pemikirannya, dan memahami risiko yang diambilnya.

Penulis berharap buku ini dapat membantu menumbuhkan naluri kepemimpinan di kalangan generasi muda, dan juga dapat membantu meyakinkan masyarakat mengenai pentingnya factor kepemimpinan dalam pertumbuhan demokrasi Indonesia . (red)